Buy template blogger

Pilkada Serentak 2020 Milik Siapa?

Oleh : Suaeb Qury,Ketua LTN NU NTB (Bumigoranews.com/sq)


Opini : Perhelatan pemilihan Bupati dan Wali Kota kepala daerah langsung (PILKADA) akan berlangsung dalam tahun 2020. Ada tujuh kabupaten Kota yang akan melangsungkan PILKADA di NTB (Kota Mataram,Kabupaten lombok Tengah,Kabupaten Lombok Utara, Kabupaten Sumbawa, Kabupaten Bima dan Sumbawa Barat serta Kabupaten Dompu).

Adakah keunikan pilkada sekarang dengan pilkada sebelumnya, jika para petahana pada pilkada 2018 magnetnya dominan ditentukan oleh wajah baru calon Bupati/wali Kota dan wakilnya yang punya potensi imenang dan disukai pemilihnya.

Mengapa kemudian, muncul istilah jaring asmara yang sudah lama tidak terdengar dan biasanya dipakai oleh para Legislator di era orde baru yang cukup dikenal dengan sebutan jaring aspirasi masyarakat (Jaring Asmara).

Bila ditautkan dengan prilaku para calon bupati dan walikota hari ini, maka hampir sama dengan apa yang dilakukan oleh para anggota DPR pada era orde baru, aspirasi rakyat ditanpung, janji diumbar dan ditulis dalam agenda besar.

Begitu terpilih dan merealisasikan janji,bisa kapan saja dan apa lagi kalau sudah menang. Bisa jadi, janji tinggal janji. Kapan saja bisa diwujudkan dan bisa juga dilakukan oleh para calon kontestan pilkada.

Dan bukan saja calon kontestan pilkada yang berani bejanji, para tim sukses pun ambil bagian, sebab mereka juga tidak ingin kehilangam semangat.

Begitu aroma pilkada datang hampir sebahagian dari penduduk dan pemilih mempunyai hak yang ingin dijadikan aspirasi dan menjadi tim sukses.

Keberadadaan tim sukses dan para pendukung adalah faktor utama Dan Harus diIakukan oleh para kontestan Pilkada. Sebab keberadaan pendukung dan Tim sukses juga menjadi aktor utama yang bisa memastikan potensi suara.

Cerita tim sukses dan asesoris pilkada 2020, bisa jadi cukup unik dan akan lebih banyak memanfaatkan media sosial sebagai sosilisasi dan Kampanye. Begitu juga dengan fungsi media online yang cukup segnifikan mempengaruhi presepsi publik terhadap calon Wali Kota dan Bupati.

Di era digital dan era keterbukaan, semuanya bisa membuka data dan menawarkan jasa untuk menjadi aktor utama memenangkan pilkada, sebut saja hadirnya lembaga survey dan adanya tim sukses yang kreatif memanfaatkan media sosial.

Kreator pilkada dan aktor nya akan memainkan irama musik dan sloganisasi menjadi bahan media kampanye, tentu banyak lahan pekerjaan bagi para kreator dan penggiat pilkada yang akan menawarkan hasil kreasinya. baik itu lagu dengan irama mengajak.

Begitu juga dengan media kampanye lainnya, berupa vidio dan gambar yang lucu, aneh dan mengoda pemilih.

Beda lagi dengan gaya para pihak
yang lagi jatuh hati, tergoda dan kagum terhadap si calon bupati dan wali Kota yang diusung oleh partai politik atau calon independen. Tentu dengan segala cara mempromosikan orang yang dikaguminya.

Kekaguman tim sukses dan para pendukung seolah tiada tandingnya, bisa jadi sebahagian modal sosial dan hartanya bisa disumbangkan untuk sang calon, begitu nikmatnya menjadi calon dan menjadi pendukung.

Sama rasanya dengan orang yang lagi jatuh cinta. Apapun bisa dilakuka oleh sang idola, jika lagi jatuh cinta pada calon bupati dan walikota, kegembiraan dan gelisahan terasa bilamana tidak berjumpa dengan sang calon dan begitu juga dengan tidak tersampaikannya keinginannya.

Cerita sukses dan gagalnya sang calon bupati dan wali kota yang sudah berkontestasi pada Pilkada 2018. Tentu, masih menyisahkan banyak cerita duka dan bahagia. Bagi yang menang cerita bahagia sudah pasti bisa mendapatkan posisi,porsi dan keu kekausaan. Bagi yang kalah sebaliknya sabar dan menerima nasip.

Menyajikan cerita duka, buat para kontestan yang kalah atau menang dalam bertarung sama dengan cerita kontestan dangdut akademi indosiar.

Apa bedanya dengan kontestan akademisi dangdut dengan para calon walikota dan bupati petahana, kuda hitam dan pendatang baru dunia hiburan dengan dunia politik.

Apalagi menjelang datangnya hiburan rakyat yang disebut dengan pesta demokrasi. Namanya juga pesta, ada yang senang dan riang gembira, begitu juga calon yang dipinang dan meminang,berkolaborasi serta berkoalisi.

Hal yang sama juga terjadi, jika yang dipinang dan meminang urung terjadi dan batal. Pastilah kecewa dan membakar emosi yang saling menyalahkan, tapi itu masih soal pinang meminang. Bagaimana juga, bila para calon yang sudah turun perkenalkan diri, tapi tidak dapat partai dan pasangan.

Memangku jabatan sebagai Gubernur, Bupati atau Wali Kota,jika dihitung dari Pilkada 2018 dan 2020 tidak lebih dan kurang rata-rata akan menjabat hanya 3- 4 tahun, apalagi maju atau menjadi petahana, sebab akan datang pemilu serentak 2024 bila ini terwujud.

Sudah 1tahun lebih berjalan hasil dari Pilkada 2018, telah melahirkan pemimpin yang diyakini oleh para pendukung dan kaulanya akan bisa memajukan daerah dan mensejahterahkan rakyatnya.

Bila dilihat dari progres dan capaian yang sudah ditorehkan oleh para pemenang pilkada 2018 ada optimisme yang dititipkan kepada sang Gubernur, Wali Kota dan Bupati bisa melompat lebih baik dan bahkan lebih cepat lagi.

Jika saja, dijahit dengan para kontestan yang akan muncul pada pilkada 2020, bisakah ada tali temali yang akan menginkat keberpihakan seorang Gubernur, maka setidaknya Dr. Zul sebagai aktor yang bisa mengunakan kekuatan secara kohesi mendorong para calon kepala daerah yang punya mimpi besar.

Bermimpi besar untuk hutan yang hijau, sumberdaya Mata air banyak. Bukan lagi gunung digundulin untuk jagung, petani bisa mendapatkan bibit dengan harga murah. Bagi para peternak bisa melepas sapi, kerbau dan kudanya Di Padang safana kaki gunung tambora.

Mimpi besar mewujudkan NTB yang berwisata Di KEK mandalika dengan MotoGP, tuan rumahnya ramah,pantainya bersih dan konflik tanah tidak ada lagi.

Pimpi besar juga datang, ketika para petani bawang di Bima sana bisa menjual hasil bawang dengn harga yang layak. Diujung bima juga tidak ada lagi sekolah yang berdimdingkan papan.

Bukan mimpi lagi yang diharapkan oleh warga terdanpak Gempa di Lombok Utara, melainkan di pagi hari bisa membersihkan halaman rumahnya. Bukan lagi rumah layak huni, rumah instan, bukan juga rumah yang sampai sekarang belum bisa dibangun.

Mimpi besar itu juga, semetinya bukan untuk diri sendiri, kelak terpilih menjadi khadam nya bumi Lombok dan Sumbawa. Bukan juga untuk segelintir golongan dan keluarga nya. Sebab yang diminta untuk bekerja menjadi tim sukses, bukan saja keluarga dan orang dekatnya, tetapi mereka dengan tulus membawa sekian banyak aspirasi warganya.

Apa yang dinyatakan dalam mimpi adalah keseriusan menjalankan sepenuh hati dan begitulah ibarat kata NTB gemilang. Bisa dirasakan oleh semua Warga NTB.

Menjadi calon Bupati dan walikota pada pilkada 2020 adalah kesempatan bagi para partai besar dan partai pemenang, dan partai yang memperoleh kursi cukup untuk mengusung calon. Dengan mendapatkan restu disposisi oleh ketua partai,maka posisi sebagai calon akan diperoleh dan dipastikan menjadi calon.

Dan akankah di pilkada 2020 yang tinggal menghitunga bulan, menjadi momentum baru bagi masa depan NTB, bisa melahirkan generasi baru yang punya mimpi dan langkah pertama memastikan daerahnya maju dan melampui sebelumnya.


Dan siapkah para kontestan pilkada, jika memenangkan pertarungan, mereka mau mengabdikan dirinya untuk rakyatnya. Walhualam bissawab.
Older Posts
Newer Posts

Post a Comment

deskripsi gambar

Ads Single Post 4

deskripsi gambar